Pre Eklampsia Berat


Definisi
Pre eklampsia adalah kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil, bersalin dan dalam masa nifas yang terdiri dari : hipertensi, proteinuri, dan edema (Harnawati, 2008).

Pre eklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan (Haidir. 2009).

Pre eklampsia berat adalah pre eklampsia dengan tekanan darah sistolik > 160 mmHg dan tekanan diastolik > 110 mmHg disertai proteinuria lebih 5 g/24 jam, Oliguria yaitu produksi urin kurang dari 500 cc/24 jam ( Ida Bagus. 1998).

Etiologi
Sampai saat ini, etiologi pasti dari pre-eklampsi/eklampsia belum diketahui. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi diantaranya:
1.    Primigravida muda
2.    Distensi rahim berlebihan : hidramnion, hamil ganda, mola hidatidosa
3.    Penyakit yang menyertai hamil : diadetes melitus, kegemukan
4.    Jumlah umur ibu diatas 35 tahun
5.    Pre eklampsia berkisar antara 3% sampai 5% dari kehamilan yang dirawat ( Ida Bagus. 1998).

Uraian
Ibu hamil dengan pre eklampsia (hipertensi, edema, proteinuria) dengan dilakukan pembedahan sectio caesaria saat post sectio caesaria ibu mengalami perubahan psikologis dan fisiologis. Perubahan psikologis ada 3 fase yaitu Taking in, Taking hold, Letting go. Taking in ibu sangat membutuhkan pelayanan dan perlindungan dikarenakan adanya kelemahan fisik (lemas, pusing) dan sangat tergantung pada orang lain sehingga akan muncul masalah keperawatan Defisit perawatan diri. Taking hold ibu mulai bisa makan dan minum sendiri, merawat diri dan bayinya dan ibu kurang informasi tentang perawatan diri dan bayi sehingga akan muncul masalah keperawatan Kurang Pengetahuan. Letting go ibu mampu menyesuaikan diri dengan keluarga sehingga muncul masalah keperawatan Perubahan peran. Perubahan fisiologis dapat berbagai sebab yaitu di sebabkan oleh Efek anaestesi akan terjadi penurunan kerja medulla oblongata, kerja saraf pernafasan, dan reflek batuk sehingga akan muncul masalah keperawatan Tidak efektifan bersihan jalan nafas. Di sebabkan oleh Luka operasi banyak jaringan yang terputus dan menjadi terbuka sehingga akan muncul masalah keperawatan Nyeri, Nyeri akan mengganggu imobilisasi mengakibatkan peristaltik usus menurun akan terjadi konstipasi sehingga akan muncul masalah keperawatan Intoleransi aktivitas dan konstipas, Jaringan terbuka menyebabkan proteksi tubuh menurun dan dapat menjadi pintu masuknya kuman sehingga akan muncul masalah keperawatan Resti infeksi. Disebabkan oleh Sistem endokrin yaitu progesteron dan esterogen menurun sehingga prolaktin dan oksitosin meningkat dan produksi ASI meningkat bayi tidak menghisap dengan baik akan terjadi ejeksi ASI di karenakan perawatan payudara tidak adekuat akan muncul masalah keperawatan inefektif laktasi. Disebabkan juga oleh Sistem reproduksi yaitu Uterus kontraksi sangat lemah akan terjadi pendarahan sehingga muncul masalah keperawatan Kurangnya volume cairan.

Manifestasi Klinis
Pada pre eklampsia berat didapatkan :
1. Tekanan darah sistolik > 160 mmHg dan diastolik > 110 mmHg pada dua kali pemeriksaan yang setidaknya berjarak 6 jam dengan ibu posisi tirah baring.   
2. Proteinuria > 5 gr dalam urin 24 jam atau lebih dari + 3 pada pemeriksaan diagnostik setidaknya pada dua kali pemeriksaan acak menggunakan contoh urin yang diperoleh cara bersih dan berjarak setidaknya 4 jam.
3. Gangguan mata, penglihatan kabur
4. Rasa nyeri di daerah epigastrium
5. Mual atau muntah
6. Edema paru - paru  sampai sianosis
7. Terjadinya gangguan kesadaran.

Penatalaksanaan

1   Tes diagnostik dasar
Pengukuran tekanan darah, analisis protein dalam urin, pemeriksaan edema, pengukuran tinggi fundus uteri, pemeriksaan fundus kopik.

2    Tes laboratorium dasar:
a.    Evaluasi hematologik (hematokrit, jumlah trombosit, morfologi eritrosit pada sediaan apus darah tepi).
b.   Pemeriksaan fungsi hati (bilirubin, protein serum, aspartat aminotransferase, dan sebagainya).
c.   Pemeriksaan fungsi ginjal (ureum dan kreatinin).
d.  Uji untuk meramalkan hipertensi
e.   Roll Over test
f.  Pemberian infus angiotensin II.

3 Menurut “Bobak” (2004); “Wiknjosastro” (2002) :
1. Tujuan Pengobatan
a. Menurunkan tekanan darah dan menghasilkan vasopasme
b. Mencegah terjadi eklampsia
c. Anak hidup dengan kemungkinan hidup yang besar
d. Persalinan harus dengan trauma yang sedikit jangan sampai menyebabkan penyakit pada kehamilan dan persalinan berikutnya
e. Mencegah timbulnya kejang
f. Mencegah hipertensi yang menetap

2. Dasar Pengobatan
a. Istirahat
b. Diit rendah garam, cukup protein, rendah karbohidrat, dan lemak
c. Obat-obat anti hipertensi
d. Luminal 100 mg (IM)
e. Sedatif (untuk mencegah timbulnya kejang)
f. Induksi persalinan

3. Pengobatan jalan (di rumah)
Indikasi untuk perawatan di rumah sakit adalah :
a. TD < 140/90 mmHg
b. Proteinuria positif kuat
c. Penambahan berat badan 1 kg/lebih dalam 1 minggu harus dilakukan
observasi yang teliti
d. Sakit kepala, gejala, penglihatan dan edema jaringan dan kelopak mata
e. Berat badan ditimbang 2x sehari
f. TD diukur 4 jam sekali
g. Cairan yang masuk dan keluar dicatat
h. Pemeriksaan urine tiap hari, proteinuria ditentukan kuantitatif
i. Pemeriksaan darah
j. Makanan yang sedikit mengandung garam
k. Sebagai pengobatan diberikan luminal 4 x 30 MgSO4 kalau ada edema
dapat diberikan NH4Cl + 4 gr sehari tapi jangan lebih dari 3 hari.

Pencegahan
Untuk mencegah kejadian pre eklampsia ringan/berat dapat dilakukan nasehat tentang tentang dan berkaitan dengan:
1.    Diet makanan
Makanan tinggi protein tinggi karbohidrat, cukup vitamin, dan rendah lemak. Kurangi garan apabila berat badan bertanbah atau edema. Makanan berorientasi pada empat sehat lima sempurna. Untuk meningkatkan jumlah portein dengan tambahan sau butir telur stiap hari. 

2.    Cukup istirahat
Istirahat yang cukup pada hamil semakin tua dalam arti bekerja dan disesuaikan dengan kmampuan. Lebih banyak duduk atau berbaring ke arah punggung janin sehingga aliran darah menuju plasenta tidak mengalami gangguan.
3.    Pengawasan antenatal ( hamil)
Bila terjadi perubahan perasaan dan gerak janin dalam rahim segera datang ke tempat pemeriksaan. Keadaan yang memerlukan perhatian:
a.    Uji kemampuan pre eklampsia:
     1)        Pemeriksaan tekanan darah atau kenaikannya
     2)        Pemriksaan tinggi fundus uteri
     3)        Pemeriksaan kenaikan berat badan atau edema
     4)        Pemriksaan protin dalam urin
     5)        Kalau mungkin dilakukan pemeriksaan fungsi ginjl, fungsi hati, gambaran darah umum, pemeriksaan retina mata.
b.    Penilaian kondisi janin dalam rahim
    1)     Pemantauan tinggi fundus uteri
    2)     Pemeriksaan janin: gerakan janin dalam rahim, denyut jantung janin, pemantauan air ketuban
    3)     Usulkan untuk melakukan pmeriksaan ultrasonografi

Penanganan
1 Tujuan utama penanganan adalah:
   1)      Untuk mencegah terjadinya pre eklampsi dan eklampsi.
   2)      Hendaknya janin lahir hidup.
   3)      Trauma pada janin seminimal mungkin
2 Penanganan preeklampsia berat:
Ibu yang didiagnosa pre-eklampsia berat/sindrom HELLP (pre-eklampsia berat disertai keluhan-keluhan lainnya) menderita penyakit kritis dan memerlukan penanganan yang tepat. Protokol pelaksanannya masih kontroversi antar rumah sakit saat ini. Pengenalan temuan klinis dan laboratorium sindrom HELLP sangatlah penting jika terapi yang agresif dan dini perlu dilakukan untuk mencegah mortalitas maternal dan perinatal. Serviks yang belum siap (belum berdilatasi atau melunak) karena usia kehamilan dan sifat agresif penyakit ini mendukung dilakukannya operasi sesaria. Induksi persalinan yang lama dapat meningkatkan morbiditas maternal.

1) Segera rawat pasien di rumah sakit. Berikan MgSO4 dalam infuse Dekstrose 5% dengan kecepatan 15-20 tetes permenit. Dosisi awal MgSO4 2 g IV dalam 10 menit selanjutnya 2 g perjam ddalam drip infuse sampai tekanan darah antara 140-150/90-100 mmHg. Syarat pemberian MgSO4 adalah reflek patella kuat, RR>16 kali permenit, dan dieresis dalam 4 jam sebelumnya (0.5ml/kg BB/jam) adalah  > 100cc. Selama pemberian MgSO4, perhatikan tekanan darah, suhu, perasaan panas, serta wajah merah.
2) Berikan nifedipin 9-3-4 x 10 mg per oral. Jika pada jam ke 4 diastolik belum turun sampai 20%, tambahkan 10 mg oral. Jika tekanan diastolic meningkat ≥110mmHG, berikan tambahan suglingual. Tujuannya adalah penurunan tekanan darah 20% dalam 6 jam, kemudian diharapkan stabil antara 140-150/90-100mmHg.
3) Periksa tekanan darah, nadi, dan pernapasan tiap jam. Pasang kateter urin dan kantong urin. Ukur urin tiap 6 jam. Jika < 100ml/4 jam, kurangi dosis MgSO4 menjadi 1g/jam.

Komplikasi
    Tergantung pada derajat pre-eklampsi yang dialami. Namun yang termasuk komplikasi antara lain:
1.    Pada ibu
a.    Eklampsia
b.    Solusio plasenta
c.    Pendarahan subkapsula hepar
d.   Kelainan pembekuan darah ( DIC )
e.    Sindrom HELPP ( Hemolisis, Elevated, Liver,Enzymes Dan Low Platelet Count )
f.     Ablasio retina
g.    Gagal jantung hingga syok dan kematian.

2.    Pada janin
a.    Terhambatnya pertumbuhan dalam uterus
b.    Prematur
c.    Asfiksia neonatorum
d.   Kematian dalam uterus
e.    Peningkatan angka kematian dan kesakitan perinatal

Asuhan Keperawatan
1 Pengkajian
Data yang dikaji pada ibu bersalin dengan pre eklampsia adalah :
1)  Data Subjektif
a)   Umur biasanya sering terjadi pada primi gravida , < 20 tahun atau > 35 tahun.
b) Riwayat kesehatan ibu sekarang : terjadi peningkatan tensi, oedema, pusing, nyeri epigastrium, mual muntah, penglihatan kabur.
c)    Riwayat kesehatan ibu sebelumnya : penyakit ginjal, anemia, vaskuler esensial, hipertensi kronik, DM.
d)    Riwayat kehamilan: riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa, hidramnion serta riwayat kehamilan dengan pre eklamsia atau eklamsia sebelumnya
e)     Pola nutrisi : jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan pokok maupun selingan.
f)      Psikososial spiritual : Emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan kecemasan, oleh karenanya perlu kesiapan moril untuk menghadapi resikonya.
2)   Data Objektif
a)   Pemeriksaan fisik
* Inspeksi : edema yang tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam.
* Palpasi : untuk mengetahui TFU, letak janin, lokasi edema.
* Auskultasi : mendengarkan DJJ untuk mengetahui adanya fetal distress.
*  Perkusi : untuk mengetahui refleks patella sebagai syarat pemberian SM ( jika refleks + ).
b)   Pemeriksaan penunjang
*  Tanda vital yang diukur dalam posisi terbaring atau tidur, diukur 2 kali dengan interval 6 jam.
*  Laboratorium : protein uri dengan kateter atau midstream ( biasanya meningkat hingga 0,3 gr/lt atau +1 hingga +2 pada skala kualitatif ), kadar hematokrit menurun, BJ urine meningkat, serum kreatini meningkat, uric acid biasanya > 7 mg/100 ml.
*  Berat badan : peningkatannya lebih dari 1 kg/minggu.
*  Tingkat kesadaran ; penurunan GCS sebagai tanda adanya kelainan pada otak.
*  USG ; untuk mengetahui keadaan janin.
*  NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin.

2 Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan efek anestesi.
(Doenges, 2001)
2. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan terputusnya
kontinuitas jaringan sekunder akibat pembedahan (Doenges, 2001).
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan peningkatan kerentanan tubuh
terhadap bakteri sekunder pembedahan (Carpenito, 2000).
4. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan darah dalam
pembedahan (Tucker, 1999).
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan adanya insisi pembedahan dan
nyeri (Doenges, 2001).
6. Konstipasi berhubungan dengan imobilisasi (Doenges, 2001)
7. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik (Doenges
(2001)
8. Resiko ASI tidak efektif berhubungan dengan produksi ASI yang tidak
adekuat (Carpenito, 2000).
9. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang
perawatan pasca persalinan (Doenges, 2001).

3 Rencana Keperawatan
 
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan efek anestesi.
Tujuan : Mempertahankan kepatenan jalan nafas.
Kriteria hasil : Bunyi nafas baik, tidak mengalami aspirasi, menunjukkan batuk yang efektif dan peningkatan pertukaran udara dalam paru-paru.
Intervensi :
a. Awasi frekuensi pernafasan.
Rasional : Adanya peningkatan frekuensi pernafasan, menunjukkan bahwa terjadi dispnea / sesak nafas.
b. Catat kemudahan bernafas.
Rasional : Menunjukkan data pola nafas pasien.
c. Pantau kegelisahan, dispnea dan terjadinya sianosis.
Rasional : Adanya data jalan nafas tidak efektif.
d. Tinggikan kepala 30° – 45°.
Rasional : Memudahkan jalan nafas.
e. Dorong batuk efektif dan nafas dalam.
Rasional : Untuk memudahkan pengeluaran dahak.

2. Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan sekunder akibat pembedahan.
Tujuan : Nyeri berkurang atau hilang.
Kriteria Hasil :
a. Klien merasa nyeri berkurang / hilang
b. Klien tampak rileks, ekspresi wajah tenang
Intervensi :
a. Tentukan karakteristik dan lokasi nyeri
Rasional : Membedakan karakteristik khusus dari nyeri,
membedakan nyeri pasca operasi dan terjadinya
komplikasi (misal : ileus, retensi kandung kemih)
b. Monitor tekanan darah dan nadi
Rasional : Nyeri dapat menyebabkan gelisah serta TD dan nadi
meningkat.
c. Anjurkan penggunaan tehknik nafas dalam, relaksasi dan distraksi
Rasional : Merilekskan otot dan mengalihkan perhatian dan sensori
nyaman
d. Kolaborasi pemberian analgesik sesuai indikasi
Rasional : Meningkatkan kenyamanan

3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan peningkatan kerentanan tubuh terhadap bakteri sekunder pembedahan.
Tujuan : Tidak terjadi infeksi.
Kriteria hasil :
a. Tidak ada tanda-tanda infeksi (rubor, color, dolor, tumor dan fungsion laesa)
b. TTV normal terutama suhu (36-37 oC)
Intervensi :
a. Monitor TTV
Rasional : Suhu yang meningkat dapat menunjukkan terjadi infeksi (color)
b. Kaji luka pada abdomen dan balutan
Rasional : Mengidentifikasi apakah ada tanda-tanda infeksi adanya pus
c. Menjaga kebersihan sekitar luka dan lingkungan pasien, teknik rawat luka dengan antisep dan antiseptik
Rasional : Mencegah kontaminasi silang / penyebaran organisme infeksius
d. Catat / pantau kadar Hb dan Ht
Rasional : Resiko infeksi post partum dan penyembuhan buruk meningkat bila kadar Hb rendah dan kehilangan darah berlebihan
e. Kolaborasi pemberian antibiotik
Rasional : Antibiotik untuk mencegah terjadinya infeksi

4. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan darah dalam pembedahan.
Tujuan : Tidak terjadi defisit volume cairan, meminimalkan defisit volume cairan.
Kriteria hasil : Membran mukosa lembab, kulit tidak kering, Hb 12gr%
Intervensi :
a. Ukur dan catat pemasukan dan pengeluaran
Rasional : Dokumentasi yang akurat akan membantu dalam mengidentifikasi pengeluaran cairan / kebutuhan pengganti dan menunjang intervensi
b. Berikan bantuan berkemih sesuai kebutuhan, misal privasi, posisi duduk, air mengalir dalam bak, mengalirkan air hangat di atas perineum
Rasional : Meningkatkan relaksasi otot perineal dan memudahkan upaya pengosongan
c. Catat munculnya mual dan muntah
Rasional : Masa post operasi, semakin lama durasi anestesi semakin besar resiko untuk muncul. Mual yang lebih dari 3hari post operasi mungkin dihubungkan untuk mengontrol rasa sakit
d. Periksa pembalut, banyaknya perdarahan
Rasional : Pendarahan yang berlebihan dapat mengacu pada hemoragi
e. Kolaborasi pemberian cairan infus yang telah hilang
Rasional : Untuk menggantikan cairan yang hilang

5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan adanya insisi pembedahan dan
Nyeri

Tujuan : Klien dapat meningkatkan dan melakukan aktivitas sesuai kemampuan tanpa disertai nyeri.
Kriteria hasil : Klien dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang menurunkan toleransi aktivitas.
Intervensi :
a. Kaji respon pasien terhadap aktivitas
Rasional : Untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada klien dalam keluhan kelemahan, keletihan yang berkenaan dengan aktifitas
b. Catat tipe anestesi yang diberikan pada saat intra partus pada waktu
klien sadar
Rasional : Pengaruh anestesi yang berlebihan
c. Anjurkan klien untuk istirahat
Rasional : Dengan istirahat dapat mempercepat pemulihan tenaga untuk beraktifitas, klien dapat rileks
d. Bantu dalam pemeriksaan aktivitas sehari-hari sesuai kebutuhan
Rasional : Dapat memberikan rasa aman dan tenang pada klien karena kebutuhan aktifitas sehari-hari dapat terpenuhi dengan bantuan keluarga dan perawat
e. Tingkatkan aktivitas secara bertahap
Rasional : Aktifitas sedikit demi sedikit dapat dilakukan klien sesuai yang diinginkan, meningkatkan proses penyembuhan dan kemampuan koping emosional

6. Konstipasi berhubungan dengan imobilisasi
Tujuan : Konstipasi tidak terjadi
Kriteria hasil :
a. Klien dapat mengerti penyebab konstipasi
b. Klien dapat BAB, BAB tidak keras
Intervensi :
a. Auskultasi terhadap adanya bising usus pada kuadran ke-4
Rasional : Menentukan kesiapan terhadap pemberian per oral
b. Palpasi abdomen perhatikan distensi / ketidaknyamanan
Rasional : Menentukan pembentukan gas dan akumulasi / kemungkinan ileus paralitik
c. Anjurkan cairan oral adekuat (6-8 gelas / hari), peningkatan diet makanan serat
Rasional : Cairan dan makanan serat (buah-buahan dan sayuran) dapat merangsang eliminasi dan mencegah konstipasi
d. Kolaborasi pemberian obat pelunak feses (suppositoria)
Rasional : Melunakkan feses, merangsang peristaltik dan membantu mengembalikan fungsi usus

7. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik.
Tujuan : Defisit keperawatan tidak terjadi   
Kriteria hasil :
a. Klien mendemonstrasikan tekhnik-tekhnik untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri.
b. Klien mengidentifikasi / menggunakan sumber-sumber yang ada.

Intervensi :
a. Pastikan berat / durasi ketidaknyamanan
Rasional : Nyeri dapat mempengaruhi respon emosi dan perilaku, sehingga klien mungkin tidak mampu berfokus pada perawatan diri sampai kebutuhan fisik
b. Tentukan tipe-tipe anestesi
Rasional : Klien yang telah menjalani anestesi spinal dapat diarahkan untuk berbaring datar dan tanpa bantal untuk 6- 7 jam setelah pemberian anestesi
c. Ubah posisi klien setiap 1-2 jam
Rasional : Membantu mencegah komplikasi bedah seperti flebitis
d. Berikan bantuan sesuai kebutuhan (perawatan mulut, mandi, gosokan pada punggung dan perawatan perineal)
Rasional : Meningkatkan harga diri, meningkatkan perasaan Kesejahteraan
e. Berikan pilihan bila mungkin (jadwal mandi, jarak selama ambulasi)
Rasional : Mengizinkan beberapa otonomi meskipun tergantung pada bantuan profesional
f. Kolaborasi pemberian analgesik sesuai indikasi
Rasional : Menurunkan ketidaknyamanan yang dapat mempengaruhi kemampuan untuk melaksanakan perawatan diri
8. Resiko ASI tidak efektif berhubungan dengan produksi ASI yang tidak adekuat
Tujuan : ASI dapat keluar secara lancar
Kriteria hasil : Ibu merasa senang bayi tidak rewel lagi, tidur nyenyak dan ASI dapat keluar.

Intervensi :
a. Kaji isapan bayi, jika ada lecet pada putting
Rasional : Menentukan untuk memberikan perawatan yang tepat
b. Ajarkan tekhnik breast care menyusui yang efektif
Rasional : Memperlancar laktasi
c. Anjurkan pada klien untuk memberikan ASI ekslusif
Rasional : ASI dapat memenuhi kebutuhan nutrisi bagi bayi secara optimal
d. Berikan informasi untuk rawat gabung
Rasional : Menjaga, meminimalkan tidak efektifnya laktasi
e. Ajarkan bagaimana cara memeras, menangani, menyimpan dan memberikan ASI dengan aman
Rasional : Menjaga agar ASI tetap bisa digunakan dan tetap hygienis bagi bayi
9. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang perawatan pasca persalinan
Tujuan : Klien dapat mengerti dan memahami cara perawatan pasca persalinan. Kriteria hasil : Klien dapat belajar dan menyerap informasi yang diberikan, dapat melakukan perawatan post partum.

Intervensi :
a. Kaji kesiapan dan motivasi untuk belajar
Rasional : Penyuluhan diberikan untuk membantu mengembangkan pertumbuhan ibu, maturasi dan kompetensi
b. Kaji keadaan fisik klien
Rasional : Ketidaknyamanan dapat mempengaruhi konsentrasi dalam menerima penyuluhan
c. Berikan informasi tentang perubahan fisiologis dan psikologis yang normal
Rasional : Membantu untuk mengenali perubahan normal
d. Diskusikan program latihan yang tepat sesuai kemampuan
Rasional : Program latihan dapat membantu tonus otot-otot, meningkatkan sirkulasi, menghasilkan gambaran keseimbangan tubuh dan meningkatkan perasaan sejahtera
e. Demonstrasikan tehknik-tehknik perawatan diri
Rasional : Membantu orang tua penguasaan tugas-tugas baru

Related Posts

Subscribe Our Newsletter